Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara Ilsam mengajarkan tiga konsep yaitu:
Ukhwah Islamiyah (saudara sesama orang
muslim)
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا
بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ"Orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara. Maka damaikanlah (perbaikilah hubungan)
antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat".
Dari keterangan ayat di atas, dapat dipahami
bahwa setiap orang yang beriman kepada Allah adalah saudara. maka dari itu
wahai umat Islam seluruh dunia, janganlah saling memusuhi antara umat Islam
yang satu dengan yang lain, kelompok yang satu dengan yang lain, aliran yang
satu dengan yang lain. karena ayat di atas mengatakan "setiap orang yang
beriman adalah saudara" tak memandang dari kelompok Islam apa? aliran apa?
Ukhwah Wathoniyah (saudara sesama tanah air)
Sebagai umat beragama, berbangsa dan
bernegara tentu kita tidak lepas berhubungan dengan orang yang bermacam-macam
keyakinannya. lebih-lebih di Indonesia negara yang plural yang didalamnya
terdiri dari bermacam-macam suku dan agama. Maka dari itu, hidup antar umat
beragama harus kita jalin dengan sebaik-baiknya. Dalam Al-Qur'an Allah
menjelaskan:
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ
فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا
إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
"“Allah tidak melarang kamu untuk
berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu
karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang Berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah : 8)"
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ
فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَن
تَوَلَّوْهُمْ وَمَن يَتَوَلَّهُمْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu
menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan
mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan
barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang
yang zalim.” (QS. Al Mumtahanah :
9)"
Ibnu Abbas menafsirkan QS al-Mumtahanah
60:8-9 dengan mengatakan bahwa “Allaah tidak melarang untuk berteman dan
menolong mereka (orang-orang makkah) yang berbuat adil dan menepati janji
kepada Nabi dan sahabatnya mereka yaitu Bani Khuza’ah, kaum Hilal ibn Uwaimir,
khuzainah, bani madlaj. Mereka telah berbuat baik kepada Rasul sebelum adanya
perjanjian Hudaibiyah yang tidak berusaha membunuhnya, tidak mengeluarkannya
dari makah. Akan tetapi Allah hanya melarang untuk berteman dan menolong mereka
(ahli makah) yang secara terang-terangan mengusir Nabi dari Makah.[9]
Jumhur (mayoritas) ulama’ tafsir sepakat
bahwa berteman dengan orang non muslim yang berbuat baik, menolong, berbuat
adil kepada umat Islam itu diperbolehkan bahkan dianjurkan untuk menjalin
hubungan dengan mereka dalam tataran sosial, akan tetapi tidak membolehkan
untuk berteman dengan mereka yang secara terang-terangan memusuhi, memerangi
umat Islam, atau yang mengusir paksa penduduk dari suatu negeri.
Ukhwah Basyariyah (saudara sesama manusia)
Allah Berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ
ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"“Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)"
Dari keterangan ayat di atas dapat diketahui
bahwa Allah menciptan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa adalah supaya
saling mengenal antara suku dengan suku yang lain dalam negri dan satu bangsa
dengan bangsa yang lain di dunia. Tidak saling bermusuhan antara satu bangsa
dengan bangsa yang lain dan satu negara dengan negara yang lain seperti yang
terjadi pada saat ini. Karena menurut Allah SWT kemuliaan seseorang tidak
dilihat dari segi bangsa/negara yang maju, yang berkembang, yang terbelakang
dan tidak dari sisi kekayaan, kemiskinan dan jabatan. Namun kemuliaan seseorang
dilihat dari segi ketakwaannya kepada Allah SWT.
Dalam tafsir Ruhul Ma'ani dijelaskan bahwa
ayat ini berisi larangan untuk saling berbangga dengan keturunan. Al Alusi
rahimahulah berkata, “Sesungguhnya yang paling mulia dan paling tinggi
derajatnya di antara kalian di sisi Allah di dunia maupun di akhirat adalah
yang paling bertakwa. Jika kalian ingin saling berbangga, saling berbanggalah
dengan takwa kalian.
0 comments:
Post a Comment